Rabu, 21 April 2010

Di Dalam Diam

Dalam diam yang tercipta di gegap gempita malam, aku memperhatikanmu yang duduk tepat di depan kedua mataku yang mengarahkan tatap. Bila waktu membuang dirinya tanpa tersadar sendiri, aku menikmatinya karena detik demi detik yang habis hanya kulalui untuk menyaksikanmu menjalani dunia. Diantara ketidakjelasan aku mencoba memahami setiap rasa yang tumbuh diantara dua hati, aku dan kamu. Bahkan, ketika kamu mencoba untuk mengabaikannya, rasa itu terus menjadi raksasa yang akan menguasai masing-masing hati kita. Nantinya, kita berdua akan terjerembab dalam jurang perasaan yang membuat kita kesulitan untuk membebaskan diri.

Aku menunjukkan apa yang terbentuk dalam jiwa dengan laku tak biasa. Aku memelukmu dalam kesenyapan suara, aku memelukmu diantara sesaknya ruang, aku merengkuh kesyahduan pada keheningan suasana, dan maka aku berusaha memutuskan batas yang menjadi halang bagi kalimat tak terbantahkan. Aku menciptakan cara menjadikan peristiwa yang pasti tak bisa terlupakan.

Kadang ingin sekali menyatakan segala isi yang seperti akan meluap dari ruang hati. Tapi, aku mencoba menahan agar kamu merasakannya juga tanpa harus kupaksakan. Aku bersabar untuk menjadikan segalanya menjadi lebih baik di mata kita. Maka, tanpa berkata aku mencukupkan ego untuk menunjukkan semua bentuk dan susunan kerinduan. Mulut pun kukunci rapat agar tak menyatakan apa yang tak seharusnya tersampaikan kepadamu. Merasakan saja setiap sanjung yang terlalu sedikit dapat ternikmati. Membiarkan saja orang lain menilai kebersamaan kita sebagai suatu wujud yang berbeda. Lalu, aku akan terbuai dalam ketidakpastian yang melontarkan sejuta tanya padamu yang terpaku.

Bertahan dalam kerahasiaan hati sendiri akan menjadi beban yang terlalu menyakitkan. Tetapi melalui satu per satu sikap yang tampak dalam gerak-gerikmu kujadikan harap. Aku terus menjalani hari dan menganggap rasa yang kuberikan ini tak pernah salah. Tak akan kubiarkan hatiku menangis dalam pertanyaan yang belum jua kudapatkan jawabannya.





Aku tahu kamu memahami
Mengerti karena kamu insan yang punya nafas
Meyakini bahwa manusia tak salah bila mencintai
Diamku di sini menjadikanmu panduan rasa
Maka aku tak akan bicara
Merelakan kamu menghabiskan siang untuk merenungi
Lalu, kita kembali bergumul mengurai arti bahagia