Selasa, 02 Desember 2008

laki-laki dan perempuan


Entah orang lain berkata apa tentang aku. Aku juga manusia kok, sama seperti yang lain. Sama seperti orang-orang yang hanya bisa meremehkanku dari belakang. Hidupku sekarang aku bayar dengan uangku sendiri, hasil jerih payah kerjaku. Aku peduli pada teman-temanku, tapi aku tak menyangka banyak teman yang terlalu peduli padaku, hingga mereka merasa lebih berhak menghakimiku daripada diriku sendiri. Padahal, seharusnya hidup itu milikku.


“Rin, lo serius cinta sama dia?” tanya seseorang yang selalu mengaku sebagai temanku.


“Serius!!!” aku menjawab dengan benar-benar serius.


Dia lalu hanya mengangguk-angguk seolah paham dengan kata-kataku.


Tapi, keesokan harinya, aku mendengar orang-orang menganggapku aneh dengan mencintainya. Kenapa? Aku manusia yang berhak punya cinta. Dia pun manusia yang boleh kucintai karena dia belum jadi milik siapa-siapa. Toh, masing-masing diantara kami tahu peran kami masing-masing. Aku menjadi pria dan ia menjadi wanita. Dimana letak salahnya?


Sebenarnya aku memendam rasa pada seseorang wanita yang bukan dia. ”Dia yang sejak dulu kucinta” adalah sahabat dekatku saat di bangku Sekolah Dasar. Aku sibuk mencarinya ketika kami mulai berpisah, tapi aku tahu kalau dia tidak mungkin mau jadi wanitaku, dia terlalu pintar untuk menjalani hubungan denganku. Jadi, aku memutuskan untuk memendam rasa ini dan mencoba mencari cinta dari perempuan lain. Kata orang, cinta tak harus memiliki, dan aku percaya benar akan itu.


Aku bahagia memiliki kekasih seperti dia yang sekarang. Bagiku, dia adalah segalanya, lebih dari sekedar teman, sahabat, mungkin lebih dari seorang kekasih. Aku sudah sering menghabiskan malam bersamanya, mencumbunya, dan memadu kasih di atas satu kasur ke kasur yang lain. Aku hafal bau tubuhnya, hafal gerakannya, dan hafal alunan nafasnya. Kami menyatu ketika malam datang dan kami saling berpagutan di dalam dunia kami yang katanya terlalu sulit dipahami.


Perasaan tulusku mencintainya adalah segalanya. Aku menghargainya sebagai seseorang seperti aku menghargai diriku sendiri.


Dia perempuanku walaupun aku sendiri masih meyakini bahwa aku sama seperti dia. Aku juga perempuan. Aku pernah punya rambut panjang, pakai bedak, pakai rok, pakai lipstik, bahkan sampai sekarang aku masih memakai bra. Walaupun sekarang aku lebih suka dengan rambut setengah botakku, kaca mata, rokok, celana jeans, kaos oblong, dan sepatu sneakers. Tapi, aku pernah jadi perempuan sejati. Dan seumur hidupku aku tetap akan menjadi perempuan. Aku perempuan yang sangat mencintai perempuan.


1 komentar:

Anonim mengatakan...

waw..
keren sekali..

gimanapun mereka tetep manusia..