Sabtu, 11 Oktober 2008

Kunjungan ke rumah pasien

Sebenernya, sebelum nulis postingan ini, masih banyak cerita tentang Lebaran yang harusnya lebih dulu di posting di sini. Tapi, berhubung daku merasa sangat-sangat sibuk sekali belakangan ini, disertai dengan kondisi fisik yang tidak yahud, dan ketiadaan akses internet selama daku berpraktek di RSJ Magelang, alhasil nanti postingannya bakalan rada flash back.

Hari Rabu kemaren, sepulang nemenin praktek seorang psikiater tersohor di RSJ Magelang yang kebetulan praktek di RSU Tidar, daku dan seorang teman mencoba untuk dateng ke rumah pasien, dua orang sekaligus. Hebat bukan?
Bermodalkan secarik kertas denah dari perawat bangsal daku yang baik hati dan tidak sombong, daku dan temanku yang bersedia memboncengiku itu mencari2 rumah kedua pasien itu dengan semangat menggebu dan menggelora. Untungnya aja dua2nya masih berada di kawasan Magelang dan sekitarnya. Selain itu, pasien yang kedua yang akan kami kunjungi baru kami putuskan untuk mengunjunginya saat kami berada di tengah perjalanan. Betapa semangatnya diri kami bukan???
Di rumah pasien pertama, agak sulit dan berliku mencarinya, tapi untungnya lagi (lagi, lagi si untung disebutin) rumahnya gak tlalu masuk-masuk ke dalam gang yang jauh ditempuh dan disentuh. Yah, gampang lah. Sayangnya kami berdua sedikit mendapatkan perlakuan yang rada tidak ramah dari pihak keluarga. Ternyata, keluarga pasien itu adalah keluarga sambungannya a.k.a ibu dan saudara2 tiri, ayah si pasien udah meninggal. Jadilah, penolakan mentah-mentah yang sangat halus kami terima dari keluarga itu yang ternyata secara tidak langsung juga sudah menolak pasien. Menilik pasien yang keliatan rada punya keterbelakangan mental, jadi kasian sama pasien yang ternyata udah ditolak mentah-mentah sama keluarga sambungan yang tinggal di rumah ayahnya yang udah meninggal. Entah juga ya kalo ternyata ada faktor lain di luar itu semua.
Di rumah pasien kedua, ternyata alamat rumah yang kami tulis udah nggak ditempatin lagi sama pihak keluarga pasien. Untungnya (duh, si untung beruntung banget dari awal disebut-sebut) tetangga-tetangga di sekitarnya cukup baik dengan ngasih tau alamat adik perempuan si pasien. Wah, senang sekali karena si adik menyambut kami dengan cukup ramah dan bersedia menceritakan semua hal yang berkaitan dengan hubungan pasien dengan keluarga.

Jadi menyimpulkan sendiri, kalo ternyata jadi pasien sakit jiwa di RSJ terkadang akan lebih baik daripada dia balik lagi ke lingkungan rumahnya. Karena penolakan dari lingkungan sangat mungkin diterima oleh pasien yang udah diperbolehkan pulang. Gimanapun, walaupun pihak keluarga mendukung, belum tentu kan tetangga dan teman-teman pasien bisa mendukung pasien secara penuh? Padahal, pihak RSJ udah berusaha keras dan maksimal supaya pasien bisa berinteraksi lagi secara normal dengan lingkungan sekitarnya, tentunya dengan catatan bahwa lingkungan sekitar itu bisa mendukung kesembuhan pasien. Tapi terkadang, kenyataannya gak seindah itu. Itu mungkin jadi satu-satunya alasan yang menurut daku cukup kuat, kalo suatu saat si pasien bakalan balik lagi ke RSJ dan bisa aja jadi expand yang berulang-ulang kali keluar-masuk di RSJ.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

lucky me (gw g mau sebut dy,, ntar kege'eran lg)...
walaopun seluruh dunia tau gw gila,,
masih banyak yg sayang dan nerima gw apa adanya...
huahahaha... jadi gw yg kege'eran nih...