Saat tiba-tiba saja lelah ini bertandang dan merusak semua kebahagiaan yang sedang terasa, jiwa merasa begitu jengah merasakan semua bahagia yang sempat tercecap.
Terasa sekali ada berjuta kelelahan bertumpuk di pundak ini dan mulai membuat dada sesak menampungnya. Lalu, air mata ini tiba-tiba saja mengalir dan menumpahkan segala perih yang telah dirasakannya sejak lama, sejak hati tak lagi mampu membedakan antara kebahagiaan dan kesedihan.
Menyaksikan diri sendiri tersakiti atas semua rasa yang diciptakan dalam kehidupan sepertinya sangat merana dan memilukan, karena sebenarnya yang diinginkan adalah keindahan dan ketenangan. Tetapi sayang, semua itu terlalu kabur untuk disentuh.
Lelah sekali rasanya menanti dirinya mengerti tentang semua rasa yang telah tercipta ini. Lelah sekali rasanya mencoba memahami dirinya yang tak pernah mau mengerti jiwaku. Lelah sekali rasanya menjejaki hatinya yang terlalu jauh untuk kakiku melangkah ke sana.
Ingin sekali berhenti, menyudahi semua ini, dan membiarkan hidupku sendiri saja tanpa mau pahami, menanti, dan menjejaki yang lain. Aku sudah terlalu lelah, kata itu adalah satu-satunya bahasa yang mampu kuucap sekarang. Aku sudah menangis dan itu jalan satu-satunya bagiku untuk memahami diriku sendiri atas luka yang aku goreskan sendiri.
Ketika mengharapkan sesuatu yang terbaik, aku paham satu hal.... bahwa hal yang terbaik bukanlah hal yang patut kita miliki... dan.... ketika kita paham bahwa kita menanti sesuatu yang terbaik, akan terlalu sulit bagi kita untuk menapaki kehidupan ini dengan kaki yang melangkah satu demi satu menjejaki bumi, bahkan dengan merangkak pun.... meraih sesuatu yang terbaik begitu menakutkan.... karena yang terbaik inginkan yang terbaik dan dia-yang terbaik itu bukanlah aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar